Jumat, 18 November 2016

POLITIK dan POLITISASI

POLITIK dan POLITISASI



Tampaknya, kita hidup di abad kegelapan. Di dalam abad ini, kesempitan berpikir menjadi semangat jaman (Zeitgeist).
Beragam fenomena menggiring kita menuju abad ini, mulai dari perang tak berkesudahan di Timur Tengah, politik yang semakin semerawut di Indonesia, gunjang ganjing di Uni Eropa, dan terpilihnya para politikus fasistik di AS. Amerika selatan pun menyaksikan jatuhnya berbagai pemerintahan pro rakyat, dan bangkitnya pemerintahan sayap kanan yang tak peduli pada keadilan sosial.
Abad Kegelapan
Kata abad kegelapan (dark age) diambil dari upaya untuk menjelaskan apa yang terjadi di Eropa, setelah kekaisaran Romawi Barat jatuh. Kemiskinan, kebodohan dan fanatisme berkembang biak, seperti anak kelinci.
Ada empat hal yang kiranya menjadi ciri dari abad kegelapan di awal abad 21 ini. Pertama, irasionalitas menjadi menu sehari-hari di dalam politik dunia.
Kesempitan berpikir dianggap sebagai keutamaan. Kemalasan untuk bersikap kritis dianggap sebagai watak mulia, dan kepatuhan buta dianggap sebagai ciri orang bijaksana.
Alhasil, banyak politikus busuk menduduki kursi kekuasaan. Di tangan mereka, berbagai kebijakan konyol muncul, dan merugikan banyak orang.
Dua, mayoritas menjadi diktator yang menyesatkan. Di banyak negara, dukungan mayoritas dianggap sebagai kebenaran mutlak yang tak boleh dipertanyakan.
Padahal, mayoritas kerap kali jatuh pada rayuan media yang seringkali sesat dan penuh kepentingan kotor. Ketika kebenaran disamakan dengan suara mayoritas, maka hidup bersama yang beradab pun akan hilang.
Tiga, irasionalitas lalu melahirkan banyak anak busuk lainnya. Salah satunya adalah fanatisme ideologis. Orang setia pada satu paham tertentu yang dianggap benar secara mutlak, lalu menyerang dan bahkan menghancurkan orang-orang yang berbeda paham dengannya.
Ketiga hal ini lalu membentuk faktor keempat, yakni politik yang dipersempit menjadi politisasi. Ketika segala bidang kehidupan mengalami politisasi, maka kebusukan hidup bersama adalah buahnya.
Politik dan Politisasi
Politisasi adalah upaya untuk menjadikan suatu hal sebagai pertarungan kepentingan tidak sehat yang merugikan banyak orang lainnya. Ini jelas berbeda dengan inti utama dari politik, yakni segala sesuatu yang terkait dengan banyak orang, sekaligus upaya untuk mewujudkan berbagai kemungkinan melalui kerja sama.
Politisasi ini terjadi setidaknya di tiga bidang. Yang pertama adalah bidang politik, terutama politik praktis.
Politisasi membuat semua proses politik, seperti pembuatan kebijakan dan pemilihan kepala daerah, menjadi kotor dan menjijikan. Orang tidak lagi fokus pada hal-hal yang penting di dalam politik, seperti kredibilitas dan keterwakilan kepentingan rakyat banyak, melainkan pada manuver-manuver busuk yang membuat rakyat muak.
Fitnah dan kebohongan lalu menjadi bagian utama politik. Rakyat luas lalu merasa tak berdaya, dan tinggal menunggu waktu, sampai konflik berdarah terjadi, karena penderitaan yang tak lagi tertahankan.
Yang kedua adalah bidang ekonomi. Politisasi di bidang ekonomi berarti pemelintiran segala kebijakan ekonomi demi kepentingan segelintir pihak tertentu yang kaya dan berkuasa dengan mengorbankan kepentingan rakyat yang lebih luas.
Ekonomi neoliberalisme yang amat menekankan pasar bebas adalah produk nyata dari politisasi ekonomi semacam ini. Di dalam model ini, yang kuat dan kaya akan semakin beruntung, sementara yang sejak awal kekurangan sumber daya akan semakin terjerumus di dalam kemiskinan ekonomi.
Dua hal ini pun berpengaruh langsung bidang ketiga, yakni pendidikan. Politisasi pendidikan mengaburkan inti utama pendidikan yang luhur dan mulia, serta mengubahnya menjadi sistem pencetak robot-robot yang patuh buta terhadap tradisi, agama dan trend ekonomi sesaat.
Pendidikan pun kehilangan jiwanya. Yang tersisa adalah pabrik-pabrik manusia yang menciptakan kecemasan dan penderitaan bagi orang-orang yang bekerja di dalamnya.
Menanti Fajar Budi
Di dalam sejarah, abad kegelapan justru menjadi titik tolak untuk perubahan mendasar, yang memicu lahirnya jaman fajar budi, atau pencerahan. Di masa ini, akal sehat menjadi pedoman hidup manusia, mulai dari soal hubungan pribadi sampai dengan tata kelola hubungan antar bangsa.

Kita hanya perlu berteguh untuk melalui abad kegelapan ini, dan tetap bekerja sama mewujudkan proyek-proyek pencerahan di sekitar kita. Sampai suatu saat, ketika semua kondisi sudah berjumpa, abad kegelapan akan tertelan oleh matahari akal sehat, dan kita akan memasuki era baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar